ternyata suara itu ...

3:23 PM

malam itu.. kamis, 4 nov 2010.. biasanya habis sholat maghrib saya langsung stay didepan laptop untuk browsing internet sembari dengerin musik dan chatting. ya saat-saat seperti ini sangat penting untuk meng-update berita tentang merapi.

dari kamis pagi saya sudah merasa gak tenang. gemuruh merapi terdengar sampai rumah  saya. suaranya mirip seperti petir. pagi itu juga saya ada ujian matematika, tapi keadaan masih biasa saja. malam hari saat saya sedang asik dengan laptop saya, saya masih terganggu dengan suara gemuruh merapi.
"edan ki, ra mandeg-mandeg gemuruhe" batin saya gitu (artinya : gila nih, gak berhenti-berhenti gemuruhnya). malam itu mendung, sore sempat ujan sih, jadi suara petir juga ikut menyambar. saya gak bisa membedakan mana suara gemuruh dan mana yang petir.

mulai sekitar jam 21.00an, gemuruhnya makin keras. saya pikir itu petir. "tapi masa petir berkali-kali kayak gini?" pikir saya. saya sedang chatting dan ngetwitter, jadi saya bisa bertukar info dan keadaan teman-teman saya dijauh sana. makin malam, rumah sudah sepi tapi saya masih melek.
gluduk gluduk gluduk.. kurang lebih gitulah suara gemuruhnya (maksa dikit hehe). tiba-tiba baju-baju yang saya gantung dipintu kamar bergoyang sendiri. kaget. oke, gempa kecil. lanjut chatting dan ngetwitter lagi sambil update info tentang merapi.

setelah itu, gak cuma baju dipintu, tapi juga yang ditembok ikutan goyang. MasyaAllah! saya sedikit merasakan adanya goncangan dilantai. sekitar pukul 23.00 saya mendengar suara seperti ledakan, tapi kecil. lagi-lagi lantai saya bergetar. oke, kali ini gempa kecil lagi tapi suara tadi itu apa?
jam 00.00, saya mulai ngantuk, saya pamit sama teman-teman dunia maya untuk pergi tidur. sebelumnya saya membuka HP untuk membaca sms. ada sms temen yang bilang liat berita di tv. oke, saya menyalakan tv sebentar.

lalu.. toong tong tong!!!! ada warga yang memukul tiang listrik lalu berteriak, "kerikil kerikil, hujan kerikil!!". saya langsung melihat dari jendela, banyak tetangga yang terbangun lalu berhamburan keluar rumah. malam itu juga, saya bersama nenek dan dua orang sepupu langsung meluncur ke rumah tante saya didaerah miliran, jogja untuk mengungsi. sebenernya gak ngungsi sih, tapi cuma buat nunggu keadaan dirumah sampai aman.
sepanjang jalan magelang ramai dipadati mobil dan motor. mungkin mereka juga mau ngungsi. ujan kerikil masih turun dan lumayan deras. pom bensin juga ramai, sampai ngantri panjang banget -___-

akhirnya malam itu saya tidur dirumah tante. paginya jam 5.00 saya pulang kerumah. betapa kagetnya saya melihat keadaan kampung saya. semua menjadi putih, jalanan tertutup abu tebal juga pasir dan kerikil. pohon-pohon merunduk seperti akan ambruk karena keberatan menahan beban abu kerikil (mungkin abu yang turun juga panas). rumah saya udah gak karuan kotornya.

kemudian sekitar jam 11.00 ada pemberitahuan bahwa kampung saya harus dikosongkan. begitu juga kampung dan daerah sekitar (mungkin daerah sleman yang lain seperti jalan kaliurang KM 10 keatas). karena ditakutkan akan ada letusan yang lebih besar dengan radius lebih jauh sekitar 20KM. baik, kita menuruti saja instruksi tersebut karena instruksinya memang berasal dari badan geologi dan pemerintah sleman.

sekarang saya mengungsi dirumah orang tua dari 2 sepupu saya itu didaerah patalan, bantul. sedangkan nenek dan tante saya mengungsi dirumah sodara didaerah ngijon, godean. kami pikir itu tempat yang aman walaupun deket juga ama kali code yang sewaktu-waktu bisa membludak lahar dinginnya kalo ujan deres.

saya cuma bisa berdoa sama Yang Diatas supaya keadaan kami (keluarga dan semua warga Jogjakarta, Magelang, Boyolali, Klaten dll yang terkena dampak merapi) kembali membaik, dan semoga Allah selalu melindungi setiap langkah kami. amin

You Might Also Like

0 komentar